Harapku dahulu kusuguhkan
pada kekasih yang teramat kusayangi
pada kekasih yang teramat kusayangi
Mega lembayun nan indah berpayung cakrawala.
Taburi perasaanku merona pada titian hati nurani.
Aku terus berharap.
Langkahku semakin tertatih menyusuri setapak
dari pintu hati seorang kekasih.
dari pintu hati seorang kekasih.
Kini, di sudut kota Tanete senja,
aku menangkap potretnya.
Ada hal lain di sisinya, bersamanya.
Di jiwaku yang tak berarti lagi.
Ada jua gema mengaung.
Hendak mencengkram parasnya.
Harapku sia-sia bila mengharap keteduhan hati darinya.
Batinku terusik akan gemuruh dendam
Benci hati ini bila kukenang selalu.
Hingga berhenti berharap darinya.
Edisi Bulukumba 10 desember 2009
Revisi Bulukumba 05 maret 2009
0 comments:
Post a Comment
besar harapan penulis atas komentar yang membangun, saudara (i). Thanks!